Uji hipotesis yang tertolak. Bisakah dikatakan penelitian?


Saat memasuki semester akhir dengan mata kuliah metode penelitian ilmiah, kita banyak mendapat kata “hipotesis” dengan penekanan yang sedikit kuat pada saat dosen mengajar..hehe... Hipotesis merupakan inti dari penelitian, ibarat sebuah pohon ia berfungsi sebagai akar yang menentukan apakah pohonnya akan kuat atau rapuh. Secara umum hipotesis biasa diartikan dengan dugaan sementara terhadap hal apa yang kita ragukan, sebagai ilustrasi “sewaktu kecil kita biasa bermain petak umpet dan menebak nebak dimana kira-kira rekan kita bersembunyi, kemudian kita menuju ke sebuah tempat yang tertutup berharap rekan kita berada didalamnya. Ada tidak ya.. rekan saya didalam atau malah sebaliknya… Nahhh…! rasa penasaran itulah kira-kira yang disebut hipotesis.

Setelah kita sudah memahami defenisi hipotesis maka hipotesis tersebut di rumuskan dalam kalimat pertanyaan dan bisa juga dituliskan dengan bahasa statistik disimbolkan H1 tolak Ho/ Hi terima Ho.

Sampai disini kita sudah mengetahui seperti apa hipotesis itu, sekarang masuk pada judul diatas. Permasalahannya adalah sejauh mana kita menempatkan rumusan pertanyaan itu pada tempat yang adil dan terbuka…? kebanyakan dari kita setelah mengikuti mata kuliah metode penelitian bermufakat dan mengatakan bahwa hipotesis yang kita rumuskan wajib diterima (H1 diterima atau Ho tertolak) dalam arti rumusan masalah yang kita angkat harus terjawab dengan berhasil kalau tidak maka datanya bisa diperbaiki atau di m@nipul@si  + + . Sebagai contoh :

Hipotesanya mengatakan “uang membuat kita bahagia” dan secara sepihak kita memaksakan pengetahuan kita untuk membenarkan secara positif bahwa hal tersebut adalah pasti. Mungkin kita takut, sebab jika hal tersebut tidak dibenarkan atau tidak ada pengaruhnya, maka ada kesalahan dari teori yang kita jadikan rujukan dan secara otomatis meruntuhkan teori tersebut dan ini yang menjadi ketakutan negatif pada saat ujian penelitian..hehe.

Nah… sekarang mari kita Tanya pada diri kita.. dari mana sebuah teori tercipta dan bagaimana cara menemukannya..? kita ambil sebuah perumpamaan yang simple deh.. dahulu filusuf membuat teori bahwa “matahari mengelilingi bumi” dan ini dibenarkan pada zamannya dan karena ada penelitian yang lebih valid maka teori tersebut dibantahkan dan coba bayangkan seandainya penelitian tidak ada yang tertolak maka tidak akan pernah ada pengetahuan baru yang lebih sempurna.. dan sekarang terbukti banyak teori baik segi sosial, ekonomi bahkan ilmu pasti merevisi atau menyempurnakan teorinya karena ada penelitian yang lebih baik lagi.

Olehnya, jika kita merumuskan hipotesis dan kita sudah menggunakan teori pustaka yang mendukung ditambah olah data yang valid dan ternyata hasil ujinya tertolak (hipotesisnya tertolak) , kita tidak usah mengubah atau berupaya mem@nipul@si datanya agar hasil ujinya diterima.. tetap pertahankan hal itu sob.. jangan malu, gengsi atau takut. barangkali dari penelitian kita yang tertolak tersebut kedepan bisa menambah wawasan bahwa apa yang kita angkat sudah tidak relevan lagi dan terpenting juga dari sini kita bisa belajar untuk menempatkan kejujuran diatas segalanya.

Mudah-mudahan bisa bermanfaat, silakan jika ada yang dikomentari ditulis dengan baik dan sopan ya dikolom komentar .. terimakasih..

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Uji hipotesis yang tertolak. Bisakah dikatakan penelitian?"

Post a Comment