Tugas
Individu
Catatan
tersendiri berdasarkan proses diskusi dengan judul materi problem sarana
prasarana pendidikan dan standar penilaian.
1. Sarana dan prasarana
pendidikan di Indonesia
Pemerintah secara nasional
telah merestribusikan sarana dan prasarana pendidikan di seluruh pelosok
Indonesia secara proposional. Dengan
sistem otonomi daerah, dinas pendidikan terkait bisa mengontrol dan menilai
kebutuhan sarana pendidikan yang ada di daerahnya, sehingga pendidikan bisa
dinikmati semua elemen masyarakat, meskipun secara kuantitas ada beberapa
daerah yang belum memanfaatkan sarana yang canggih dan modern. Berikut beberapa
problem berkaitan dengan sarana dan prasarana pendidikan yang ada di Indonesia
:
a. Penyelewengan anggaran
oleh pejabat setempat dalam pengadaan sarana pendidikan yang berkualitas,
sehingga pemanfaatannya kurang maksimal dan mudah rusak. Salah satu tolak ukur
kualitas pendidikan merosot dalam hal teknologi yakni Negara Indonesia berada
pada urutan ketiga terakhir skala Asia dalam akses kecepatan Internet.
b. Kesenjangan sosial dalam
hal kemajuan teknologi dibeberapa daerah terbelakang di Indonesia, yang
mengakibatkan respon kecemburuan sosial terhadap pemerataan kualitas sarana
pendidikan.
c. Pergeseran paradigma nilai
terhadap pemanfaatan sarana pendidikan yang tepat guna. Dalam hal ini pengaruh
Neoliberalisme meniscayakan bahwa hanya dengan teknologi canggih pendidikan
bisa terlaksana, padahal banyak nilai-nilai pendidikan budaya dan kreatifitas
alami sebagai salah satu muatan penting dalam pendidikan karakter di Indonesia.
d. Pengadaan alat-alat
sekolah yang cenderung boros. Indikasi ini disebabkan adanya rasa persaingan
tidak sehat di setiap sekolah sekolah untuk mendapat penghargaan materi dari
unsur pengawas pendidikan.
e. Pemanfaatan alat-alat di
laboratorium maupun alat peraga lainnya yang cenderung hanya dijadikan sebagai
pajangan kelengkapan sekolah .
Berkaitan dengan
permasalahan diatas, penulis menarik kesimpulan bahwa ada tiga hal pokok yang
menjadi tolak ukur permasalahan diantaranya penyelewengan anggaran, pergeseran
nilai guna, dan manajemen kontrol
dari pemerintah. Sebagai
solusinya, ada beberapa program yang bisa diterapkan baik skala nasional maupun
daerah diantaranya :
a. Secara berskala
memperbaharui sarana dan prasarana yang berkualitas dengan melibatkan lembaga
riset sebagai tim evaluasi.
b. Manajemen control yang
proposional dari unsur daerah untuk menentukan kelayakan dan kebutuhan sarana
dan prasarana pendidikan sesuai asas keseimbangan.
c. Percepatan program
pemerataan pendidikan yang layak untuk daerah 3T di Indonesia.
d. Program pelatihan secara
berskala untuk guru khususnya di daerah terpencil sebagai sosialisasi
pemanfaatan sarana pendidikan yang ideal.
2. Problem Standar Penilaian di Indonesia
Nilai merupakan simbol
yang sulit didefenisikan dalam ukuran kualitas dan bisa saja diukur sebagai
kadar kuantitas dengan standar ukuran yang sudah disepakati. Standar nasional
untuk penilaian pendidikan di Indonesia secara umum mengalami peningkatan mutu,
meskipun dalam prosesnya terdapat beberapa permasalahan diantaranya :
a. Masih banyak sekolah
khususnya di daerah terpencil mendistorsi makna toleransi terhadap objektifitas
nilai untuk mengukur kemampuan siswanya dalam bentuk nilai ujian/rapor siswa.
b. Badan pengawas pendidikan
yang tidak profesional dalam menilai dan mengevaluasi lembaga pendidikan
terkait, yang berdampak menurunnya efisiensi pengembangan mutu pendidikan.
c. Pelaksanaan ujian nasional
yang belum maksimal, sehingga tolak ukur dalam menentukan dan mengevaluasi
standar nilai nasional masih subjektif.
d. Masyarakat cenderung pasif
untuk ikut serta menilai dan mengevaluasi lembaga pendidikan setempat, sehingga
mengurangi pengembangan standar nilai.
Berdasarkan persoalan yang
dikemukakan di atas ,menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah, elemen
pendidik dan masyarakat untuk melakukan perbaikan mutu terkait standar
penilaian pendidikan di Indonesia. Ada beberapa program kebijakan yang bisa
dilaksanakan sebagai solusi dari tantangan di atas, diantaranya :
a. Meningkatkan profesionalisme
badan pengawas penilaian pendidikan dengan manajemen kompetensi berjenjang.
b. Menciptakan program
berbasis teknologi terbaharukan disetiap instansi daerah sebagai media center untuk mengontrol data
penilaian dan evaluasi disetiap sekolah.
c. Menciptakan pedoman
penilaian yang objektif berbasis multimedia dan terhubung secara transparan
dengan akses internet. Pedoman ini bisa berupa buku khusus untuk siswa, guru,
kepala sekolah sampai kepada pengawas.
d. Melaksanakan pelatihan
secara berkesinambungan pada setiap elemen pendidik berkaitan profesioanlisme
dalam penilaian.
e. Mengaktifkan masyarakat
umum dengan pendekatan program kerjasama yang secara langsung ikut serta
menilai lembaga pendidikan terkait.
0 Response to "ANALISIS PROBLEM SARANA, PRASARANA DAN STANDAR PENILAIAN"
Post a Comment