ponsel cerdas (android) dan budaya interaksi pendidikan

Ponsel Cerdas dan Etika Interaksi Pembelajaran
(konstribusi pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya)


Saya sebagai mahasiswa aktif program pendidikan, mengangkat judul ini sebagai hal yang cukup mendesak untuk dibahas demi melahirkan manusia cerdas, berbudaya  dan beretika . Dewasa ini kemajuan ilmu pengetahuan sangat pesat ditunjang oleh teknologi yang semakin canggih. Masyarakat sekolah atau peserta didik dengan hanya bermodalkan ponsel pintar (android) sudah bisa melihat dan membaca pengetahuan dan peradaban dunia,  ditunjang dengan harga ponsel pintar yang cukup terjangkau oleh lapisan masyarakat.
Perkembangan ponsel cerdas adalah sebuah sarana revolusi peradaban pengetahuan menuju tatanan dunia yang lebih terbuka dan praktis.  Dan tidak bisa dipungkiri ada efek negatif mengikuti peradaban tersebut. Di daerah kami khususnya Indonesia timur elemen masyarakat baik keluarga, sekolah maupun pemerintah kurang peka melihat reaksi negatif tersebut sehingga menimbulkan bias yang buruk.
Anak-anak khususnya pelajar kurang dibekali pendidikan etika dan budaya dalam pemanfaatan ponsel pintar tertsebut dan digunakan tidak tertib dilingkungan khusunya lingkungan sekolah .  fakta dilapangan menunjukkan siswa lebih memilih memperhatikan ponselnya dari pada mendengar gurunya mengajar, padahal interaksi kebatinan guru dan murid sangat diperlukan demi kematangan pengetahuan dan mental siswa. belum lagi jika gurunya juga lebih fokus menggunakan ponselnya dari pada mendidik siswanya.  Faktor-faktor tersebut bisa melunturkan budaya menghargai dalam proses belajar mengajar.
Merupakan hal yang wajar penggunaan ponsel cerdas pada saat proses belajar apalagi penunjang keluasan materi ajar. Akan tetapi jika dilakukan tampa kendali, bisa merusak hubungan interaksi yang semestinya terbangun harmonis dan penuh keakraban. Hal ini tidak hanya terjadi disekolah tetapi hampir disetiap tempat misalnya dipasar, dirumah, di kantor , di DPR dan sebagainya.
Negara Indonesia dalam hal sumber daya manusia masih jauh dari apa yang diharapkan, hal ini dibuktikan tenaga fungsional dan struktural untuk proyek-proyek dan perusahaan canggih masih di isi oleh warga asing. Jika masyarakat atau peserta didik diperhadapkan dengan teknologi canggih (android) dan kemampuan SDM (intelegensi) yang kurang maka ada kecenderungan pemanfaatannya bias dan tidak terkendali. Di Indonesia bagian timur misalnya sebahagian besar memanfaatkan ponsel pintarnya untuk interaksi hambar di sosial media, padahal banyak hal yang lebih potensial untuk dikembangkan dan dipelajari dalam ponsel tersebut.
Dampak lain yang kemungkinan bisa muncul dari gejala diatas adalah hilangnya penghargaan peserta didik terhadap gurunya yang belum memanfaatkan ponsel pintar tersebut (gagap teknologi). Penulis melihat kenyataan bahwa tenaga pengajar di Indonesia (timur) mayoritas sudah masuk masa pensiun dan banyak diantaranya masih gagap atau tabuh dalam memanfaatkan ponsel cerdas. Bisa dibayangkan jika pada proses belajar siswa lebih proaktif mengakses pengetahuan ketimbang gurunya maka dapat membuat siswa tidak menghormati gurunya.
Semua gejala tersebut diatas adalah gambaran dari moral dan interaksi harmonis yang semakin memudar. Dan tidak menutup kemungkinan semua proses interkasi yang dahulunya ber-asas kekeluargaan akan digantikan oleh robot, kita bisa ambil contoh misalnya mesin ATM, bayar karcis, dan lebih dilema lagi jika peran guru juga akan digeser oleh kecanggihan teknologi tersebut. Bisa dibayangkan jika semua proses interaksi tidak lagi mesti berhadapan langsung dan hanya menggunakan sarana dua dimensi, padahal secara kodrat manusia membutuhkan sentuhan langsung dalam membina keakraban.
Saya sebagai penulis percaya bahwa Indonesia sebagai negara yang berasaskan pancasila bisa mencegah hal tersebut jika pemerintah dan masyarakat saling bahu membahu menanamkan kembali nilai-nilai kekeluargaan, etika dan budaya. Otoritas pendidikan bisa mengurangi tendensi sosial media, game online, perjudian online dan sejenisnya guna melindungi generasi dari ancaman moral. Pemerintah juga bisa melakukan perbaikan dalam struktur kurikulum dengan lebih menekankan interaksi harmonis antara guru dan peserta didik tampa dibatasi oleh ruang dua dimensi android. Wallahualambissawab.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "ponsel cerdas (android) dan budaya interaksi pendidikan"

Post a Comment