Filsafat sebagai induk pengetahuan, sumber kebijakan dan
segala instrument yang melekat padanya pada hakekatnya bermuara pada satu
tujuan yakni cinta kearifan. Manusia berkehendak mempersepsikan cinta dengan
pengalaman keilmuannya, namun sejatinya cinta akan kembali pada cinta itu
sendiri.
Banyak manusia kecelakaan dalam mendefiniskan cinta itu dan
bahkan mengklaim dia sudah arif dalam berfikir dan bertindak. Asumsi saya
menilai sebahagian manusia munafik dalam menerjemahkan makna kearifan, dengan
kalimat sederhana “saya mencintaimu dengan tulus dan tampa syarat” merupakan
kebohongan sistemik jika orientasinya materi, eksistensi dan lawan jenis. Dengan
asumsi tersebut ia sudah terjebak bahwa sesungguhnya segala yang memiliki wujud
akan selaras dengan syarat dan kausalitasnya. Hakekat cinta sejatinya adalah
meniadakan kecintaan wujud lain selain sang maha pencipta dengan iklhas, pasrah
dan tunduk dengan segala kehendakNya.
Dengan alih hukum dan aturan yang dibuat oleh akal manusia
yang sangat terbatas dan tampa pertimbangan syariat dan kitab. Manusia mempersempit
toleransi memaknai cinta tersebut, dengan berasumsi cinta itu bahagian dari
seni kehidupan. Dengan paradigma tersebut banyak masyarakat terjerumus, kita
bisa melihat realitas semakin banyaknya manusia yang cinta akan harta, tahta
dan wanita secara berlebihan dan lupa bahwa tawaddu, rendah diri, sederhana
adalah esensi dari cinta kearifan. Fenomena yang lebih aneh banyak manusia
dengan jabatan, gelar dan keilmuannya merasah angkuh karena menganggap semakin
banyak ilmu yang dimiliki semakin kuat filsafatnya.
0 Response to "CINTA,TOLERANSI DAN KEMUNAFIKAN (DASAR FILSAFAT)"
Post a Comment